Laman

Renungan

Rindu mendapatkan renungan setiap hari!
ataupun artikel serta tips2 kesehatan!!
Silakan kunjungi :
Semoga terbekati Lewat Blog ini!
God Bless You Friends

Sabtu, 03 September 2011

Setelah Aku Lumpuh, Ku Hancurkan Masa depanku dan Keluargaku


detail_img“Kami sangat senang, kami sudah memiliki sebuah rumah sendiri – walaupun kecil, tapi kami sangat mencintai rumah kami. Jadi pada saat rumah kami ada rembesan pada saat hujan, saya sebagai kepala rumah tangga dan juga seorang suami, ingin sekali membenahi rumah tersebut,” ujar Charles Simanjuntak membuka kesaksiannya saat itu.

“Saya coba naik ke atap itu seorang diri. Saya merasa ‘wah pasti ini tidak akan rembes lagi’, jadi akhirnya saya turun. Pada saat saya turun, saya berjalan di atas talang, kemudian saya terpeleset dan badan saya pun meluncur ke bawah tanpa ada satu penyangga yang masih bisa saya pegang,” ungkapnya.
“Tiba-tiba terdengar bunyi prak. Suaranya kencang sekali ya, saya kagetSaya pikir mungkin sesuatu di belakang rumah, saya tidak tahu. Saya lari. Ternyata ketika saya lihat ke belakang, suami saya sudah tergeletak dalam posisi miring. Saya panik, saya langsung teriak. Di saat itu saya tidak bisa melakukan  apa-apa ya. Anak pun saya tinggalkan. Saya tidak tahu, saya pun gemetaran” ungkap Herly Juniarti, istri tercinta Charles.
“Dan akhirnya dalam keadaan seperti itu, saya akhirnya tidak sadarkan diri,” demikian kata Charles.
Dengan bantuan para tetangga, Charles dibawa ke rumah sakit. Disanalah hati Herly bergejolak, berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi. “Saya pikir hanya jatuh, terbentur kepalanya, tetapi ternyata pada saat dokter mengetes kakinya dia coba angkat, apa dia rasa, ternyata dia tidak rasa. Saya langsung shock ya. Firasat saya mengatakan suami saya sudah lumpuh”
“Saya hanya menangis ketika itu dan untuk memegang suami saya pun saya tidak berani menyentuh dia. Saya hanya menangis dan menangis. Separuh nyawa saya seperti hilang gitu. Saya tidak kuat lagi”
Sungguh kenyataan yang sangat menyakitkan. Herly hanya bisa pasrah ketika ia mengetahui apa yang menimpa Charles. “Suami saya harus dioperasi. Dalam pikiran saya minimal dia bisa duduk,”
Ketakutan Herly menjadi kenyataan. Meski sudah menjalani dua kali operasi, hasilnya Charles tetap harus duduk di kursi roda.
“Saya menjadi sangat kecewa, saya menjadi putus asa. Saya menjadi stres karena saya melihat bahwa saya tidak punya masa depan dan pengharapan. Saya berpikir saya adalah laki-laki dan kepala rumah tangga. Kalau saya dalam keadaan cacat berarti saya sudah tidak bisa bekerja lagi. Lalu apa artinya saya sebagai seorang laki-laki,”
“Terpikir oleh saya untuk meminum obat over dosis supaya saya bisa mengakhiri penderitaan saya ini. Tak disangka istri saya mengetahui tindakan saya ini. Kemudian ia marah sama saya,”
“Kalau kamu mau memang mengakhiri hidup kamu, kamu berarti seorang pengecut karena yang kamu pikirkan hanyalah diri kamu sendiri. Masalah kamu mungkin selesai, tetapi bagaimana dengan keluarga yang kamu tinggalkan,”
“Kata-kata itu selalu terngiang di pikiran saya dan kata-kata itu seakan menampar saya sehingga saya menjadi sadar kembali,”
Lolos dari maut bukan berarti masalahnya sudah selesai, Charles justru semakin terpuruk dengan keadaannya.
“Sejak saya mengalami kecacatan ini, saya menjadi seorang yang sangat sensitif, menjadi orang yang sering berpikiran negatif dan juga emosi. Apalagi kalau melihat istri saya masih muda. Saya takut kehilangan istri saya. Saya takut ditinggal istri saya. Karena dia masih muda, dia cantik, ada pekerjaan, dan punya karir yang bagus. Laki-laki yang mana yang tidak mau sama dia. Sedangkan saya, sudah cacat, masa depan pun tidak jelas,”
“Sensitifnya ini, itu akhirnya membuat suatu konflik yang dimana membuat kami berpisah selama 8 bulan dan membuat saya tidak dapat bertemu dengan anak saya. Itu sangat menyakitkan sekali buat saya,”
“Sejujurnya batin saya tersiksa. Ada separuh dari jiwa saya yang hilang dan saya juga percaya batin anak saya pun tersiksa karena dia melihat banyak anak yang dipeluk oleh ibunya, kok dia tidak pernah lagi dipeluk penuh kasih sayang oleh ibunya,”
“Itu saya sangat terpukul sekali ya karena saya tidak dapat bertemu dengan anak saya. Setiap hari saya hanya bisa berdoa, menangis kepada Tuhan. Saya percaya Tuhan pasti bisa melunakkan hati suami saya dan saya juga dikuatkan oleh satu lagu rohani, ‘Dia Mengerti, Dia Peduli’
Herly terus berharap untuk bisa bersatu kembali dengan suami dan anaknya. Kejadian berikut mungkin bisa menjadi titik terang. “Sekitar tahun 2006 yang lalu, saya mengikuti ibadah pelayanan kesembuhan. Saya berharap saya dapat kesembuhan di tempat itu.”
“Saya memperhatikan kedua anak yang ada di sebelah kanan saya. Dia mengalami cacat otak. Disitu, ia tersenyum. Dalam hati saya, ‘Ya Tuhan, ini anak sudah sakit tetapi dia bisa tersenyum’ Disitu saya melihat keajaiban Tuhan. Mulai dari situ, paradigma saya berubah. Saya masih bersyukur meskipun saya cacat saat ini, tetapi banyak orang yang lebih menderita dari saya”
Peristiwa itu telah membongkar cara pikir Charles selama ini. “Saya mulai bisa menerima diri saya. Tuhan tidak pernah membeda-bedakan orang, Meskipun saya cacat, saya berharga di hadapan Tuhan. Pada saat membaca firman Tuhan, banyak sekali nasihat-nasihat yang saya dapatkan dan itu menguatkan iman saya lebih dekat kepada Tuhan. Saya percaya di dalam Tuhan, pengharapan itu selalu ada”
“Dalam doa terakhir saya, saya bilang ‘Tuhan, saya ingin Tuhan yang bekerja, bukan saya yang bekerja. Saya tidak ingin mengandalkan kekuatan manusia, saya tidak ingin mengandalkan siapa pun’ Di saat saya berserah diri itulah, saya tidak menyangka hati suami saya mulai melunak dan menerima saya.”
Hidup bukan lagi sebuah penyesalan bagi Charles. Bersama keluarga, ia mulai membangun kembali masa depannya. “Saya bersyukur kepada Tuhan, oleh karena saya diberi istri yang baik, istri yang setia, istri yang menerima saya apa adanya. Jadi ini menambah satu semangat hidup dan memberi kekuatan diri saya bahwa segala sesuatunya Tuhan sudah atur dan kami percaya Tuhan mempunyai rencana yang terbaik melalui peristiwa yang saya alami ini,” pungkas Charles menutup kesaksiannya.

Sumber Kesaksian:
Charles Simanjuntak

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(^_^)