2 Korintus 6:3
"Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela."
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 70; Ibrani 4; 2 Raja-raja 20-21
Apa yang kita lakukan, bagaimana kita bertingkah laku, semua akan menjadi bahan pengamatan banyak orang. Adalah sangat penting bagi kita untuk terus berproses lebih baik, menjaga setiap langkah, agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Seorang rektor dari sebuah universitas yang bergelar pendeta diceritakan pernah mengeluarkan sikap yang tidak mencerminkan pribadi yang membawa terang dan garam. Demikian katanya dalam sebuah pertemuan di hadapan seluruh mahasiswa/i nya."Seandainya kampus ini tutup, seandainya kalian semua keluar, saya tidak rugi apa-apa. Saya tetap ditawari banyak peluang yang lebih baik bisa menjadi pilihan saya. Saya tetap hidup melimpah ada atau tidak ada kalian disini."
Seorang rektor dari sebuah universitas yang bergelar pendeta diceritakan pernah mengeluarkan sikap yang tidak mencerminkan pribadi yang membawa terang dan garam. Demikian katanya dalam sebuah pertemuan di hadapan seluruh mahasiswa/i nya."Seandainya kampus ini tutup, seandainya kalian semua keluar, saya tidak rugi apa-apa. Saya tetap ditawari banyak peluang yang lebih baik bisa menjadi pilihan saya. Saya tetap hidup melimpah ada atau tidak ada kalian disini."
Bukankah ini sebuah bentuk kesombongan? Tidakkah ia sadar bahwa semua berkat itu berasal dari Tuhan, dan karenanya tidak ada kekayaan atau kelimpahan yang perlu disombongkan? Belum lagi dalam beberapa kesempatan sikapnya yang merendahkan orang lain, atau melakukan diskriminasi suku dan agama berlangsung di depan banyak orang. Perlu dicatat, bahwa di kampus itu terdapat beragam agama dan suku, baik mahasiswa maupun dosennya. Betapa mengerikannya kekristenan di mata mereka. Bukannya menjadi berkat, kelakuannya sebagai orang teratas di institut itu malah dapat menjadi bahan tertawaan, bahan cercaan, dan batu sandungan bagi banyak orang.
Kita harus ingat bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini pun bertujuan untuk menggenapi kehendak Bapa, dan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tidak ada kamus kesombongan dalam pelayanan Yesus. Keselamatan kita, pemulihan hubungan dengan Bapa, itu menjadi prioritasNya. Dan dengan keteladanan luar biasa, Yesus sendiri menunjukkan seperti apa seharusnya anak-anak Tuhan bersikap dan melayani, menjadi hamba Tuhan yang bisa membawa terang dan garam di dunia.
Kita harus ingat bahwa kedatangan Yesus ke dunia ini pun bertujuan untuk menggenapi kehendak Bapa, dan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Tidak ada kamus kesombongan dalam pelayanan Yesus. Keselamatan kita, pemulihan hubungan dengan Bapa, itu menjadi prioritasNya. Dan dengan keteladanan luar biasa, Yesus sendiri menunjukkan seperti apa seharusnya anak-anak Tuhan bersikap dan melayani, menjadi hamba Tuhan yang bisa membawa terang dan garam di dunia.
Sungguh disayangkan jika lewat diri kita orang bukannya mengenal Kristus Sang Juru Selamat, tapi malah menjadi takut, antipati atau alergi. Sikap ekslusif, sikap merasa paling benar, kesombongan dan sebagainya, over acting, memamerkan kekayaan, semua itu bukanlah sikap yang baik yang dikehendaki Tuhan untuk kita lakukan. Orang bisa mengenal Kristus atau malah membenci Kristus beserta pengikutNya lewat sikap, tingkah laku dan perbuatan kita. Maka adalah penting bagi kita untuk menjaga sikap, tingkah laku dan perbuatan kita dalam hidup bermasyarakat.
Tidak ada gunanya kita rajin berdoa, rajin melayani, rajin membaca Alkitab, rajin meneriakkan nama Tuhan jika tidak didukung perbuatan nyata dalam kehidupan kita.Setiap detik dari hidup kita bisa menjadi kesaksian yang manis, sebaliknya bisa pula menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar