Laman

Renungan

Rindu mendapatkan renungan setiap hari!
ataupun artikel serta tips2 kesehatan!!
Silakan kunjungi :
Semoga terbekati Lewat Blog ini!
God Bless You Friends

Sabtu, 03 September 2011

Kisah Penyakit Samuel yang Membuat Kulit Gosong

Samuel merupakan seorang yang sukses di dalam karirnya. Cita-citanya untuk membahagiakan anak dan istri terwujud sudah. “Pada waktu itu perasaan saya bangga sekali ya, saya merasa sebagai pria yang berhasil. Namun, pada waktu itu saya lupa bahwa saya sudah jauh dari Tuhan.” Namun, pada saat dia menikmati semuanya itu, sesuatu terjadi pada dirinya.

“Tanggal 1 Januari 1998, pada waktu itu saya merasa tiba-tiba saya demam, tenggorokan ini sakit, kemudian mata saya itu merah.” Istrinya panik dan segera menyuruhnya ke dokter, biar mata merahnya tidak menular ke anak-anak mereka. Pada waktu dia mau naik sepeda motor mau jalan ke dokter, tangannya terasa begitu sakit seperti tertusuk duri.

Sesampainya di dokter mata, waktu diperiksa, dia diagnosa demam sehingga dia diberi obat penurun panas. Namun, kondisi mata Samuel tak juga membaik. Malah tubuhnya demam. Ketika hari ke-2 dia memaksa tubuhnya yang demam pergi ke dokter umum, ketika hendak diperiksa tubuhnya, dokter kaget ketika mendapati tubuhnya bintik-bintik merah di bagian dada dan punggung.

Dengan harapan cepat sembuh, Samuel bergegas ke apotik. Setelah melihat resep tersebut, apoteker mengatakan bahwa dosisnya tinggi sekali. Samuel yang ingin cepat pulang dan beristirahat itu mengatakan, “Pak, kalau itu yang ditulis dokter, ya bapak ambil aja.” Dia juga menambahkan beberapa obat lainnya seperti obat batuk dan obat bebas lainnya. Jadi, tanpa sepengetahuan istrinya, Samuel minum obat dokter mata, dokter umum, dan obat bebas yang dia beli tadi.

Setelah empat kali minum, demamnya tambah tinggi, tenggorokan tambah sakit, dan bintik-bintik itu tambah sakit dan menyebar hingga ke tangan. Istrinya kaget melihat hal itu. Dan pada waktu istrinya menyentuh bintik-bintik merah tersebut, perih langsung terasa olehnya. Akhirnya, dengan bantuan keluarga, Samuel dibawa ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, dipanggilkan dokter spesialis kulit. “Kenapa bisa gosong begini?” tanya dokternya. Dokternya mengatakan bahwa dia terkena penyakit langka. Pikir Samuel, penyakit itu nantinya bisa dia atasi. Namun, yang terjadi malah dalam hitungan jam, ternyata melepuhnya makin lebar, makin sakit, dan makin hangus. Panas tubuhnya begitu tinggi. Dokter berkata, “Ini harus masuk ruang isolasi dan tidak boleh bercampur dengan pasien lain.”

Keadaan Samuel begitu parah. Selain panas dan demam yang dia rasakan, tubuhnya sering kejang-kejang dan dia sampai melantur. Belum lagi panas yang membakarnya, dia merasa seperti terjadi gempa bumi. Kadang sadar, kadang tidak. Kondisinya semakin buruk. Bahkan sesuatu yang tragis pun terjadi. Tanggal 6 Januari, dia merasa matanya gatal. Dia menyuruh istrinya meniup matanya. Namun, tiba-tiba seperti ada pasir di matanya dan setelah tengah malam, dia meminta istrinya untuk menyalakan lampunya.

“Udah nyala kok…” kata istrinya

“Lho, kok aku tidak bisa lihat.” Katanya lagi

“Tapi ini udah nyala kok.” Balas istrinya lagi. “Mata kamu kenapa? Ini sudah nyala lho…” istrinya kaget. Akhirnya dia memanggil dokter. Menurut hasil pemeriksaan dokter kemudian, ada kemungkinan Samuel akan mengalami kebutaan. Saat itu, dia seperti tidak terima, dia teriak-teriak. “Saya tidak bisa buta, saya punya anak istri.” Samuel teriak-teriak dan marah-marah kepada dokternya. “Saya akan tuntut kamu dokter, kamu sudah membuat mata saya buta.”

Samuel semakin bertambah parah. Istrinya menangis terus menerus, lambungnya parah, setiap kali makan pasti muntah. Rata-rata orang yang membesuknya meragukan dia dapat tetap hidup, karena sekitar 80% tubuhnya sudah gosong. Tubuhnya melepuh dari dalam. Samuel mempertanyakan Tuhan, mengapa tubuhnya bisa seperti itu.

Tapi istrinya yang mengajak dia untuk berdoa agar Tuhan memberikan kesembuhan kepadanya. “Ayo kita cari Tuhan, ayo kita berbalik kepada Tuhan.” Kata istrinya. Demi mencari kesembuhan, Samuel dibawa ke Surabaya, tempat orangtuanya berada. Pada waktu mamanya melihat Samuel, betapa kagetnya dia. “Anakku kok seperti ini, Sam, kenapa kamu bisa seperti ini Sam…” Mamanya tidak bisa berbuat apa-apa, papanya juga.

Kemudian, dipanggillah dokter penyakit dalam. Menurut dokter tersebut, nama penyakit ini adalah Stephen Johnson Syndrome. Dokternya menyayangkan kenapa sudah begitu parah baru dibawa ke sana. Dia lalu bercerita bahwa dulunya juga ada pasiennya yang melepuh sampai meninggal dunia. Beberapa ahli melakukan pemeriksaan kepadanya. Ada seorang dokter kulit lulusan Jerman mengatakan, “Bapak Samuel ini, paling lama dapat bertahan hanya tiga minggu. Hasil pemeriksaannya semua liver, lambung, usus, mengalami pencernaan yang sangat parah..”

Di situlah, perasaan Samuel sungguh-sungguh tertekan, mengalami kesesakan. Samuel hanya bisa meratapi nasibnya. Dalam keletihan dan kesesakan itu, dia tertidur. Samuel kemudian mendapat penglihatan yang luar biasa, dia berada dalam sebuah peperangan di jaman dahulu. Dia berperang melawan seseorang yang kuat sekali sehingga Samuel terpojok. Saat dirinya hendak dibunuh, saat itulah dia berteriak, “Tuhan, tolong saya…Tuhan Yesus, tolong saya…” Pada waktu itu, orang tersebut sudah siap menghujamkan pedangnya ke dada Samuel

Tapi anehnya, orang itu kemudian tidak jadi menghujamkan pedang itu dan melemparkannya kemudian berkata, “Perang sudah usai, kamu yang menang.” Ketika Samuel berusaha untuk berdiri dan mengambil pedangnya, orang itu sudah melarikan diri bersama pasukannya. Kemudian Samuel bangun, dan minta makan. “Ma, aku minta makan.”

Minggu ketiga setelah mengalami kejadian supranatural itu, sesuatu yang luar biasa terjadi padanya. Samuel berkata kepada suster, “Suster, saya ini berada di Rumah Sakit Adi Husada di Surabaya ya?”

“Lho, kok bapak tau?” tanya suster itu.

“Ini saya baca di sini.” kata Samuel ketika itu.

“Lho, Pak Samuel sudah bisa liat yaaa?” tanya susternya yang langsung memanggil dokter. Dokter kemudian memeriksa matanya dan hitam-hitamnya (mata bagian hitam) muncul sendiri sampai sekarang. Itu sungguh luar biasa.” Tuhan menyatakan kepada Samuel bahwa mujizat-Nya masih terjadi. Ketika suster membuka perban di tubuhnya, suster dengan heran bertanya, “Lho, kok bapak tidak teriak-teriak?”

“Saya sudah mulai membaik…” jawabnya. “Suster membuka perban saya, dan begitu terkejut karena kering total sekujur tubuh saya. Padahal kemarin masih basah. Di situ saya melihat keajaiban Tuhan Yesus, yang mampu menyembuhkan sekujur kulit saya. Tuhan menyatakan belas kasihan-Nya, Dia menjamah kulit saya dan saya sembuh total sampai hari ini. Ketika dokter kulit dipanggil, dan melihat kulit saya, dia berkata, ‘Pasti ini keajaiban dari Tuhan, tidak mungkin tanpa antibiotik bisa cepat kering seperti ini.’ Saya seperti diberi kulit yang baru oleh Tuhan Yesus.” Cerita  Samuel.

Pemulihan demi pemulihan terjadi di dalam hidup Samuel. Dalam tiga bulan, seluruh tubuhnya pulih total, meskipun ada infeksi di matanya. Suatu kali, ketika dia menghadiri mencari Tuhan di KKR John Hartman, di situlah dia melihat pertolongan Tuhan yang ajaib lewat khotbah yang disampaikan oleh John Hartman itu. “Tuhan akan memberikan kamu kekuatan. Sebab Tuhan akan menyembuhkan matamu perlahan-lahan supaya nama-Nya dipermuliakan lewat matamu ini.”

Dua tahun kemudian, setelah mendapatkan pesan itu, kesembuhan digenapi di dalam hidupnya. Tiba-tiba dia mampu melihat sinar matahari yang silau. Begitu telentang dan melihat, dia juga bisa melihat. Saat itulah, Samuel langsung tersungkur dan menengadah ke langit. “Tuhan terima kasih, Engkau benar-benar menyembuhkan mataku. Sekarang aku bisa memandang ke sinar. Aku bisa memelekkan mataku dengan baik. Itu karena tangan Tuhan yang begitu luar biasa.”

Akibat penyakitnya itu, sampai saat ini Samuel tidak lagi mempunyai kelenjar air mata sehingga dia harus selalu meneteskan obat mata untuk memberi pelumas. Dia tidak bisa mengeluarkan air mata di saat dia menangis sekalipun. “Namun, dalam keadaan saya yang seperti ini, saya sudah sangat bersyukur saya diberi keajaiban oleh Tuhan Yesus.” Pengalaman hidup yang dia alami itu, membuat dia menyadari bahwa Tuhan adalah sahabat bagi hidupnya, dan itu bukanlah sesuatu yang abstrak. Kini, Samuel memakai hidupnya untuk melayani Tuhan, bahwa masih ada banyak mujizat Tuhan yang dinyatakan dan banyak orang yang mengalami kebaikan Tuhan melalui pelayanannya.

Samuel tidak menganggap kekurangan pada matanya itu sebagai suatu hal yang patut disesalkan, tapi justru dengan matanya itu dia dapat bersaksi kepada semua orang bahkan sampai ke luar negeri tentang kasih Yesus yang luar biasa. 



Sumber Kesaksian :
Samuel Irawan Santoso

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(^_^)