Laman

Renungan

Rindu mendapatkan renungan setiap hari!
ataupun artikel serta tips2 kesehatan!!
Silakan kunjungi :
Semoga terbekati Lewat Blog ini!
God Bless You Friends

Senin, 05 September 2011

Kecemburuan Sebabkan Aku Todongkan Pistol


Pernikahan memang selalu indah. Gaun yang indah, pasangan yang serasi, semua orang tersenyum bahagia buat raja dan ratu sehari itu. Pada tanggal 31 Desember 2001 Indra melangsungkan pernikahan dengan Larissa di Pontianak. Namun, di balik pernikahannya yang terlihat bahagia seperti pernikahan pada umumnya, ada kecaman di baliknya. “Ingat, nanti kalau salaman, aku ga mau liat kamu matanya kemana-mana… Jangan kayak cewek murahan kamu…” kata Indra ketika itu.


detail_img“Nggak harus dengan cara dia teriak atau apa gitu, dengan hanya ngomong begitu saja saya sudah sakit hati,” kata Larissa. Karena itulah, istri dari Indra Hardy ini mengalami trauma, dia tak pernah lagi memandang wajah orang tetapi hanya menundukkan kepalanya. Wanita itu begitu tertekan dan terpaksa. Apa yang menyebabkan semua ini? Mengapa kehidupan mereka tidak begitu bahagia? Bagaimana Larissa bisa jatuh cinta kepada pria yang seperti ini?

Pada tahun 2000, Indra Hardy pulang ke Pontianak. Di sana, dia bertemu dengan temannya yang kebetulan merupakan bos Larissa. Di kantor temannya itu, dia dikenalkan dengan Larissa. Terjadilah hubungan setelah Larissa memberikan nomor teleponnya. Meskipun dia berada di Pontianak dan Indra ada di Sambit, namun hubungan mereka terus berlanjut. Dengan serius, mereka berhubungan. Akhirnya, mereka berkomitmen untuk menikah. Namun, sejak saat komitmen itu dibuat, saat itu juga sifat Indra mulai berubah.

“Saya tidak diijinkan untuk dekat dengan laki-laki. Lama-lama saya tidak punya ruang bebas untuk bergerak lagi.” cerita Larissa. Bahkan, pernah ketika Larissa sempat berbincang-bincang dengan seorang bapak tua yang lewat dan Indra melihatnya, langsung saja Larissa dikurung seharian di rumah. Hal ini terjadi hanya beberapa hari sebelum pernikahan mereka.

Tidak hanya itu, ketika malam hari Indra dengan sengaja mengunci pintu dan menaruh kuncinya di bawah bantal. Semua itu dilakukannya karena kecemburuan yang sudah tidak normal lagi membuat Indra selalu curiga. Malam itu, ketika secara tak sengaja tangan Larissa dekat dengan kunci tersebut, Indra langsung bangun dan menudingnya. “Kamu pasti mau ngambil kunci ini terus keluar ya? Saya tanya sama kamu, kamu pasti suka sama bapak tua itu?” tanyanya penuh dengan kecurigaan.

“Nggak, aku nggak suka” tegas Larissa.

Parahnya lagi, Indra langsung mengambil pistol dan menodongkannya ke Larissa sambil bertanya dengan emosi, “Aku tanya sama kamu, kamu suka dengan bapak tua itu?”

Perlakuan dan kecurigaan yang begitu menjadi-jadi di dalam diri Indra. Apa latar belakang dari perlakuannya yang seperti itu? Indra merupakan anak bungsu di dalam keluarganya. Bagi papanya, hal itu merupakan berkat dan akhirnya dia dimanja. Papanya memberikan semua yang diinginkannya dan terlalu melindunginya. Barangnya tidak boleh disentuh orang lain, kalau tidak, dia akan mengadu pada papanya. Over protective, itulah hasil didikan yang menyebabkan Indra bisa sampai menodongkan senjata kepada Larissa. Dia tak mau Larissa dimiliki oleh orang lain.

“Saya hanya pasrah aja karena merasa daripada saya sama suami yang seperti itu, ya saya mending mati saja. Saya langsung tantang dia ‘Ya sudah tembak aja, gak papa kok paling mati’” kata Larissa. Namun, niat itu urung dilakukan Indra. Larissa pun langsung menelepon mamanya dan bertanya apakah dia harus membatalkan pernikahan itu.

Namun, mamanya mengatakan bahwa di kota sekecil itu, semua berita yang sekecil apapun pasti akan menyebar. Seluruh kota akan tahu dan mamanya tidak mau itu terjadi. Mamanya mengatakan agar dia harus bisa tahan. Dan akhirnya, pernikahan itu pun terjadi.

Setelah menikah, mereka tinggal serumah dengan papa mama Indra. Karena melihat istrinya berbincang-bincang dengan papanya, Indra pun menjadi cemburu. Berbagai pikiran buruk melayang di pikirannya. Dia mendatangi mereka dengan muka marah. Setelah papanya pergi, Indra langsung memberondong Larissa. “Maksud kamu apa dengan papaku?” Indra langsung mengatai-ngatai Larissa dan menyamakannya dengan perempuan diskotik tempatnya sering datangi dulu. Indra menganggapnya begitu hina. “Bisa dibilang dalam kehidupan rumah tangga itu setiap hari ada air mata. Menderita, kecewa, terus tidak aman.” Kisah Larissa tentang keluarganya. Keadaan itu terus berlangsung dan semakin buruk, sepertinya tidak ada jalan keluar.

Suatu hari, ketika saat itu tidak ada pembantu rumah tangga, Larissa yang harus membersihkan rumah. Saat Indra asyik menonton televisi dan bukannya menjaga anaknya, Larissa begitu terkejut mendapati anaknya sedang memakan kosmetiknya. Hal itu membuat Larissa murka. Bukannya menyadari kesalahannya, Indra malah berbalik marah dan mengatakan dirinya capek habis pulang kantor. Akhirnya, Larissa pun mendapatkan pukulan.

Di dalam hatinya, dia seringkali bertanya mengapa keluarganya tidak seperti orang lain yang bahagia. Hal ini membuatnya melakukan bunuh diri sebanyak empat kali. “Setiap minta maaf, ga berapa lama lagi diulang lagi. Sepertinya ini ga ada akhirnya.” Kata Larissa. Lantas sampai kapan?

“Seperti biasa, saya ikut tanding biliar. Cuma pada hari itu, saya merasa sangat aneh. Karena biasanya, bola-bola yang biasanya mudah untuk dimasukkan, pada hari itu susah sekali. Dan saya juga bertemu dengan lawan-lawan main saya yang seharusnya saya bisa menang, tapi ternyata saya kalah. Selama main itu, ada suara yang berkata, ‘Di luar saya itu, kamu tidak bisa apa-apa.’ Ya, perasaan saya campur aduk antara kesal, kaget, dan takut. Wah ternyata, saya itu tidak bisa apa-apa. Hal yang mudah menurut saya aja tidak bisa saya lakukan. Dan itu membuat saya menangis.”

“Saya mengikuti suatu seminar rohani khusus pria. Di seminar itu saya mendapatkan perkataan Tuhan di dalam kitab suci yang berkata, ‘Wahai suami-suami, setiap suami itu harus menghargai istrinya sebagai kaum yang lebih lemah dan hidup bijaksana bersama istri. Dan di saat kita menghargai kita, doa kita tidak terhalang.” Di situlah Indra mulai ditegur dan merasa jauh dari yang dikatakan di Alkitab tersebut. “Saya itu menjadi suami yang sangat jahat. Suami yang tidak bertanggung jawab. Karena saya merasa istri saya itu tidak perlu dihargai. Sebagai istri kan dia wajib melayani suami. Saya telah melukai dia.”

Ternyata, selama ini istrinya juga tak tinggal diam. Dia seringkali berdoa minta agar Tuhan mengubahkan suaminya. Sejak saat itu, timbul penyesalan di dalam hati Indra dan ingin meminta pengampunan kepada istrinya. Kata maaf itupun meluncur dari bibirnya kepada istrinya. Ketika kata maaf itu terucap, sebenarnya sulit bagi Larissa untuk memaafkannya karena kejadian-kejadian sebelumnya yang sudah dialaminya dimana Indra juga minta maaf tapi tetap mengulanginya. “Entah kenapa ya kali ini saya benar-benar percaya, bahwa dia akan berubah.” kata Larissa.

Baru Indra ketahui bahwa suara itu adalah suara Tuhan. Pertobatan yang sungguh-sungguh dia lakukan karena dia dijamah Tuhan. Hal ini membuatnya mengerti bahwa dia begitu kecil dan Tuhan begitu besar. Dia mulai mengasihi istrinya dan menghormatinya. Tidak lagi menganggapnya sebagai pelayan. Secara manusia itu tidak logis, tapi Tuhan bisa nyatakan. Dan karena doanya tidak dikekang, kehidupan mereka berubah. Bahkan anak-anak mereka jadi nempel sama Indra “Satu hal saya tidak kembali ke masa lalu adalah karena Tuhan Yesus. Tuhan yang menjadi teladan buat saya untuk mengasihi keluarga saya. Dari situ saya belajar untuk melayani istri saya, melayani anak-anak saya. Dan dari situ saya menyadari bahwa hubungan kami menjadi lebih dekat.” 



Sumber Kesaksian :

Indra Hardy

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

(^_^)