Sewaktu kecil, tubuh Rinto yang gempal dan pendek membuatnya sering dipanggil “Ateng” oleh teman-temannya, karena dirinya dianggap lucu dan posturnya mirip dengan komedian tersebut. Namun Rinto sendiri tidak suka dengan panggilan itu, dan siapa saja yang memanggilnya dengan sebutan “Ateng” harus siap untuk berkelahi dengannya.
“Saya merasa kok mereka menyamakan saya seperti itu, dan itu membuat perasaan saya, batin saya tertekan serta tidak nyaman. Tidak bisa bahagia,” ungkap Rinto.
Pada akhirnya, hal itu membentuk pribadi Rinto menjadi seseorang yang rendah diri. Ia memandang dirinya sebagai orang yang tidak bisa apa-apa dan tidak berguna. Terlebih lagi kedua orangtua Rinto tidak begitu peduli dengan dirinya. Rinto tidak pernah menerima pujian dan penghargaan atas prestasi sekolahnya, pada hal Rinto sangat ingin bisa dibanggakan oleh mereka.
Pengakuan dan penghargaan, itulah tujuan yang ingin dicapai Rinto. Ia akhirnya melakukan segala cara untuk mendapatkannya. Tidak didapatinya semua itu dari orangtuanya, maka ia mencarinya di antara teman-temannya.
“Teman-teman ini, mereka yang punya massa. Mereka ini yang ditakuti oleh banyak orang. Kalau saya bisa dekat sama mereka, saya pun akan ditakuti. Saya akan ikut dihargai. Saya tidak mau ditolak lagi, saya akan lakukan apapun untuk bisa diterima oleh mereka.”
Tekad sudah dibuat, aksi nekad pun tidak membuat Rinto mundur. Bukan hanya melakukan seks bebas dengan wanita-wanita nakal, Rinto bahkan rela melayani para banci untuk bisa diterima oleh teman-temannya.
“Karena membutuhkan uang untuk bergaul, saya bingung, saya kan masih sekolah. Bagaimana bisa mendapatkan uang? Sampai suatu kali saya diajak oleh seorang teman saya. ‘Kamu mau ngga mendapatkan uang untuk memenuhi segala kebutuhan kamu?’ Akhirnya saya diajak untuk berkenalan dengan banci, termasuk ‘berhubungan ‘ dengan banci saya lakukan.”
Selama satu setengah tahun, Rinto menjalani hubungan yang tidak wajar tersebut. Hingga satu titik, Rinto sudah jenuh dan malu serta memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan banci tersebut. Tetapi tidak lama setelah keputusan itu ia buat, sesuatu yang naas terjadi.
Malam itu, Rinto bersama seorang teman pulang mengendarai sepeda motor.
“Ditengah perjalanan, dengan motor yang dipacu teman saya dalam kecepatan tinggi serta tidak ada lampu, akhirnya menabrak orang-orang yang melakukan pesta. Kami berusaha untuk lari dari amukan massa. Teman saya lolos, tapi entah kenapa saya ngga bisa lolos.”
Rinto dipukuli oleh massa yang berjumlah sekitar tiga puluh orang. Ia merasa ajalnya sudah begitu dekat.
“Saya sudah tidak tahu harus berbuat apa, eh.. saya teringat dengan tayangan “Kasih” yang menceritakan seorang preman saat hampir mati dia berteriak sama Tuhan. Saat itu ada seorang preman yang akan menikam saya. Saya makin takut, disitu saya merasa maut itu sangat menakutkan dan mengerikan sekali. Saya mulai berkata: Tuhan Yesus, kasih kesempatan buat Rinto untuk hidup. Nanti kalau Rinto hidup, Rinto akan hidup dengan cara yang benar.”
Tuhan mendengar doa Rinto, saat orang tersebut mengacungkan pisaunya, salah satu dari kerumunan orang tersebut menariknya. Ia pun lolos dari maut. Saat menjalani pemulihan kesehatannya, Rinto pun bertanya-tanya siapa yang telah menolongnya lolos dari maut.
Tuhan mendengar doa Rinto, saat orang tersebut mengacungkan pisaunya, salah satu dari kerumunan orang tersebut menariknya. Ia pun lolos dari maut. Saat menjalani pemulihan kesehatannya, Rinto pun bertanya-tanya siapa yang telah menolongnya lolos dari maut.
“Sejak saya selamat dari maut itu, saya mulai merenungkan bahwa nama Yesus itu ternyata pribadi yang luar biasa. Pribadi yang selama ini saya cari,. Pada saat saya pulang, saya dengar cici saya sedang berdoa dengan sebuah tangisan agar saya bertobat. Di doa itu dia menyebut nama saya. Dia mengakhiri doa itu didalam nama Yesus. Saat saya mendengar itu, saya mulai merasa senang. Saya merasa, ternyata kakak saya ini sangat mengasihi saya dan mendoakan saya.”
Malam itu Rinto tidur dengan sebuah perasaan yang bahagia karena ia tahu ada seorang kakak yang mengasihinya. Namun begitu ia menutup mata, ia mengalami sebuah mimpi yang aneh:
Saat itu siang hari, Rinto akan bermain bola di lapangan lengkap dengan semua perlengkapannya. Namun saat tiba dilapangan, ia begitu kaget melihat begitu banyak orang disana namun tidak satupun yang berpakaian bola.
“Disana ada orang yang banyak sekali, dan semuanya berpakaian putih. Teman saya berkata: Rinto kamu kumpul disini. Ayo kamu kesini, karena kami semua disini akan menyambut kedatangan Yesus untuk kali kedua. Saya dimimpi itu diingatkan dengan film akhir zaman yang pernah saya tonton, dimana Yesus akan mengangkat orang-orang yang berkenan di mata-Nya, orang yang hidupnya benar. Di dalam ketakutan saya, saya berkata: Tuhan, saya yakin kalau Engkau datang saat ini pasti saya tidak akan diangkat. Tuhan, kasih kesempatan buat saya. Tunggu sampai saya bertobat, tunggu sampai saya meninggalkan semua dosa saya, tunggu sampai saya siap Tuhan.”
Tiba-tiba Rinto terbangun, tetapi ketakutan tentang kedatangan Yesus yang kedua kali itu masih begitu lekat dihatinya. Rinto pun mendatangi kakak perempuannya dan menceritakan semua mimpinya itu .
“Cici saya akhirnya berdoa untuk saya, dan dia pun senang karena akhirnya doa-doanya dikabulkan. Saya akhirnya bisa mengenal Tuhan Yesus.”
Dengan bimbingan sang kakak, akhirnya Rinto mengalami pemulihan demi pemulihan. Dia kini menjadi pribadi yang baru, pribadi yang penuh percaya diri karena dia tahu bahwa dirinya berharga di mata Tuhan.
“Sekarang orang mau bilang saya Ateng, atau mau bicara apa tentang saya, mau menghina saya, mau tidak menghargai saya, saya tidak lagi memikirkan hal tersebut. Karena di dalam Tuhan Yesus, semua yang saya butuhkan sudah tersedia. Di dalam Yesus saya menemukan penghargaan yang saya cari. Saya menemukan pelukan, saya menemukan pujian, dan kedamaian. Di dalam Yesus saya diterima apa adanya.”
Sama seperti Rinto, Tuhan pun mencintai Anda apa adanya. Apapun latar belakang kehidupan Anda, bagaimanapun bentuk fisik Anda, Tuhan mengasihi dan memangdang Anda sebagai pribadi yang berharga dan mulia. Ijinkan Tuhan memulihkan kehidupan Anda.
Sumber Kesaksian:
Rinto Langitan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar