Mendengarkan bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, tetapi bisa terjadi jika Anda melakukan beberapa hal yag sederhana. Suka ataupun tidak, Anda bertanggungjawab untuk segala hal yang membuat pasangan Anda merasa tidak nyaman atau ketika Anda menyakiti perasaannya. Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah permintaan maaf tidak cukup? Apakah orang memang lebih suka untuk menyimpan dendam?
Kebenarannya adalah sekedar meminta maaf tidaklah cukup. Permintaan maaf menjadi suatu hal yang baik jika disertai dengan perubahan perilaku. Dengan demikian, orang lain tidak akan menyimpan dendam, termasuk pasangan Anda yang tidak akan menyimpan rasa sakit itu sampai semua perasaan itu telah diuangkapkan dan diselesaikan atau disembuhkan. Hal ini bicara tentang bagaimana Anda memberikan ruang yang cukup bagi pasangan Anda untuk mengekspresikan dirinya dengan cara yang membuatnya merasa benar-benar didengarkan.
Terdapat perbedaan yang besar antara mendengarkan dengan telinga dan mendengarkan dengan hati dengan cara yang membuat orang lain merasa didengarkan. Kita hidup di zaman yang serba terburu-buru, dimana begitu banyak tekanan dengan deadline dan hanya sedikit waktu yang dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan manusia berekspresi. Namun mendengarkan dengan hati tidak akan memakan waktu lama, justru akan membawa perbedaan yang besar dalam kualitas hubungan Anda.
Jadi, bagaimana Anda dapat mendengarkan dengan hati?
1. Jangan memulainya dengan permintaan maaf. Saat Anda menyakiti pasangan Anda, hal yang benar untuk dilakukan adalah dengan meminta maaf. Tetapi, minta maaf bukanlah saat yang tepat untuk memulainya. Hal yang tepat untuk Anda mulai saat Anda menyakiti hati pasangan adalah dengan mendengarkan.
2. Hentikan apapun yang Anda lakukan dan dengarlan pasangan Anda dengan sungguh-sunguh. Dengarkan dengan mata dan juga telinga Anda. Pandanglah pasangan Anda saat ia memberitahu Anda bagaimana perasaannya tentang cara Anda yang melukainya atau membuatnya tidak nyaman. Jangan bersikap tak sabar, mengirim SMS, online di situs jejaring sosial atau merawat kuku Anda di saat yang Anda. Berikan waktu dan perhatian penuh kepada pasangan Anda.
3. Tahan godaan untuk membela diri. Hal ini sulit untuk dilakukan kebanyakan kita! Anda senang berpikir bahwa Anda adalah seorang yang baik dan ketika Anda menyakiti pasanga Anda, maka itu tidaklah disengaja. Jadi selalu ada kecenderungan alami untuk memberikan penjelasan, mengungkapkan alasan, pembelaan dan rasionalisasi terhadap masalah yang ada. Membela diri, membela diri dan membela diri.
4. Mengakui apa yang pasangan Anda rasakan. “Pasti sangat tidak nyaman bagimu untuk terburu-buru seperti itu.” Atau “kamu pasti benar-benar merasa diabaikan, dan sepertinya saya tidak pernah mempedulikan kebutuhanmu.” Atau “Rasanya seperti bahwa saya tidak menghargai pendapatmu” merupakan semua contoh pengakuan mengenai apa yang suami Anda katakan kepada Anda mengenai perasaannya.
5. Jika Anda belum pernah benar-benar mendengarkan pasangan Anda untuk waktu yang lama, apa yang dikatakan pasangan Anda tentu saja dapat melukai Anda. Mungkin saja ada tumpukan perasaan benci yang sedang dibangun. Namun, jika Anda mendengarkan pasangan Anda secepat mungkin ketika terjadi sesuatu, tidak akan ada perasaan terluka lainnya. Dan sangatlah penting bagi pasangan Anda untuk memiliki kesempatan benar-benar mengungkapkan perasaannya.
6. Meminta maaf. Sekarang adalah waktunya untuk meminta maaf, dengan cara yang anggun dan jujur. Anda tidak perlu membenarkan diri atau membenarkan. Permintaa maaf sudahlah cukup.
7. Tebus kesalahan Anda dengan mengubah perilaku Anda di waktu mendatang. Permintaan maaf tidak akan memiliki nilai kecuali didukung dengan tindakan. Mengganti kerugian seringkali merupakan cara yang paling ampuh untuk meminta maaf.
Seluruh proses ini tidak akan memakan waktu lebih dari lima menit, namun membawa perbedaan antara mengembangkan hubungan atau melemahkan hubungan. Berikan kepada diri Anda manfaat yang menunjukkan diri Anda yang sebenarnyai: seseorang yang mendengarkan, seseorang yang peduli, dan seseorang yang mendengarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar