Emosi dan respon merupakan suatu hal yang kita semua lakukan namun seringkali tidak dapat kita mengerti. Saat kita mengalami stres dan frustrasi, seringkali kita tergoda untuk menyerang dan melepaskan perasaan putus asa yang tersimpan di dada. Dan seringkali mereka yang paling banyak menanggung beban perasaan kita adalah pasangan kita sendiri. Hampir tak ada yang dapat kita lakuikan untuk menghindari hal ini, atau kalaupun bisa, dalam banyak kasus hanya memberikan kontribusi langsung pada suasana hati yang sudah terbentuk.
Dengan mengikuti garis pemikiran ini, seringkali emosi dan respon kita berakhir dengan menyakiti seseorang yang sesungguhnya paling kita cintai. Pada saat kita melakukan yang kita bisa untuk meghalau pikiran ini dan menutupi rasa bersalah dengan mengataan bahwa mereka sedang berada di tempat yang salah dan waktu yang salah, atau kita berkata bahwa kita tidak bermaksud untuk meledak dalam amarah, namun hal itu terjadi begitu saja.
Dengan melakukan hal itu, bagaimanapun juga kita seringkali lupa bahwa pihak lain telah mendengar apa yang kita katakan, dan tanpa sadar di tengah-tengah amarah kita, kita mungkin telah melukai perasaan orang-orang yang dekat dengan kita.
Pelajaran apa yang bisa kita petik dari situasi ini?
Setiap kita mungkin berharap kita bisa terus berbahagia, menjadi seorang yang selalu tersenyum sepanjang waktu, namun secara alami sifat manusia sekali-sekali akan mengalami hari yang sangat buruk dan otomatis suasana hati yang buruk pun akan menyertainya. Itulah hidup. Namun bagaimana kita memilih untuk mengekspresikan emosi kita akan menentukan apakah kita akan memiliki hubungan yang baik atau justru akan menimbulkan kecemasan dan perasaan terluka pada pihak lain.
Saya harus akui bahwa saya pun merasa sama bersalahnya, terutama saat saya mengizinkan emosi menguasai saya. Namun pelajaran yang bisa saya petik dari situasi ini adalah menjadikan proses komunikasi yang lebih terbuka dan transparan. Jadi ketika suasana hati saya sedang buruk, saya dapat mengkomunikasikan hal itu kepada pasangan saya tanpa membuat suasana hati mereka menjadi buruk juga. Dengan cara itu, suasana hati saya bisa saja buruk tapi saya dapat mengatasinya tanpa harus ada yang menjadi korban.
Bersikap jujurlah mengenai suasana hati Anda. Jika Anda merasa cemburu atau marah, ucapkanlah melalui kata-kata untuk mengidentifikasi suasana hati itu.
Komunikasikan suasana hati Anda kepada orang lain jika mereka sedang berada di sekitar Anda sehingga Anda akan dibiarkan untuk menenangkan diri selama proses emosi itu berlangsung.
Beritahu pasangan Anda terkasih bahwa suasana hatilah yang menyebabkan Anda merasa seperti ini, bukan karena mereka, meskipun mungkin tampaknya seperti itu. Situasi bisa saja mempengaruhi suasana hati Anda, tetapi Anda dapat mengontrol respon Anda sendiri.
Jadi, itulah kuncinya. Meskipun terkadang kita merasa didikte oleh suasana hati kita, namun kita sepenuhnya dapat menguasai respon kita. Belajarlah untuk memilih respon yang tepat sehingga membuat orang lain merasa lebih baik juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar